Kaum Anshar yang kala itu
bertanya-tanya mengapa pembagian harta rampasan perang Hunain malah diberikan
kepada kaum mualaaf Makkah. Padahal
merekalah yang pertama lari terbirit meninggalkan medan perang karena takut
akan kekalahan, namun sebaliknya kaum Anshar-lah yang berani terus maju
mengalahkan musuh pada perang Hunain. Maka diutuslah Sa’ad bin Ubadah
menanyakan hal tersebut pada Rasulullah.
Mengetahui hal ini
Rasulullah pun berbicara dihadapan kumpulan kaum Anshar itu seraya mengatakan,
“Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat lalu Allah
memberi petunjuk kepada kalian melalui diriku? Bukankah kalian
dulu miskin lalu Allah membuat kalian kaya, bukankah dulu kalian bercerai-berai
lalu Allah menyatukan kalian?”
Mereka menjawa,
“Begitulah. Allah dan RasulNya lebih murah hati dan lebih banyak karunianya.”
Apakah kaliah tidak
menjawabku, wahai orang-orang Anshar?” Tanya beliau.
Mereka ganti bertanya,
“Dengan apa kami menjawabmu Ya Rasulullah ? milik Allah dan rasulNya lah
anugerah dan karunia.”
Beliau bersabda, “Demi
Allah, kalau kalian menghendaki, dan kalian adalah benar lagi dibenarkan, maka
kalian bisa mengatakan kepaku, Engkau datang kepada kami dalam keadaan
didustakan, lalu kami membenarkanmu. Engkau datang dalam keadaan lemah lalu
kami menguatkanmu. Engkau datang dalam keadaan terusir lagi papa lalu kami
memberikan tempat dan menampungmu!”
Sampai disini air mata
sudah mulai berlinang, pelupuk mereka terasa panas, dan isak mulai tersedan.
“Apakah didalam hati
kalian masih membersit hasrat terhadap sampah dunia, yang dengan sampah itu aku
hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam, sedangkan keislaman
kalian tak mungkin kuragukan? Wahai semua orang Anshar, apakah tidak berkenan
di hati kalian jika orang-orang pulang bersama domba dan unta, sedang kalian
kembali bersama Allah dan RasulNya ke tempat tinggal kalian?”
Isak semakin keras,
janggut-janggut sudah basah oleh air mata.
“Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada dalam genggamanNya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku
termasuk orang-orang Anshar. Jika manusia menempuh suatu jalan di celah gunung,
dan orang-orang Anshar memilih celah gunung yang lain, tentulah aku pilih celah
yang dilalui orang-orang Anshar. Ya Allah, sayangilah orang-orang Anshar, anak
orang-orang Anshar, dan cucu orang-orang Anshar,” Rasulullah menutup
penjelasannya dengan doa yang begitu menentramkan.
“Kami ridha kepada Allah
dan RasulNya dalam pembagian ini…, kami ridha Allah dan RasulNya menjadi
pembagian kami..”
(kukutip dari buku karya
Salim A. Fillah : Dalam Dekapan Ukhuwah.122-124.)
Aku iri, irii sekali,
selama perjalanan hidup ini, sudahkah Allah dan Rasulnya jadi tujuanku? Sudah
cukupkah Allah dan RasulNya untukku?
Catatan tanya si hamba penuh dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar