Buku ini menceritakan kembali
kisah hidup penulis tentang neneknya yang mempunyai semangat hidup luar biasa.
Menganggap semua yang ia dapatkan dalam
kehidupannya adalah anugerah yang patut disyukuri, tidak patut untuk disesali.
Bahwa kebahagiaan itu tidak melulu harus
tercermin dari hidup berkecukupan,
senang, melainkan ditengah
kekurangan, keterbatasan, kesulitan juga memunculkan kebahagiaan.
“Lobak yang berujung dua
sekalipun, kalau dipotong-potong dan direbus, sama saja dengan yang lain. Timun
yang bengkok sekalipun bila diiris-iris dan dibumbui garam, tetap saja timun.”
“Selain itu karena bukan miskin,
kita tak perlu cemas. Tetaplah percaya diri. Keluarga kita memang turun temurun
miskin.”
“Kebaikan sejati dan tulus adalah
kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan.”
Tiga kutipan dari sekian banyak
kutipan yang banyak sekali kuambil
pelajaran dari kehidupan nenek Osano. Betapa ruginya diri ini yang masih serba berkecukupan, bisa makan
sampai kenyang, tidur dengan nyaman, dan kebutuhan lainnya terpenuhi begitu
saja, namun masih merasa kekurangan, merasa masih ada yang tidak cukup, masih
merasa susah, seakan-akan hidupku inilah yang paling menderita.
Allahu Akbar, Rabb, betapa diri
ini masih kurang bersyukur atas nikmat-nikmat yang tiada henti Kau berikan.
Jadikan aku hambamu yang senantiasa bersyukur, jauhi hamba dari sikap kufur
pada-Mu Rabb.
Hidup terus berlanjut, waktu
terus berlalu, tiada peduli senang susah sulit mudah bahagia ataupun menderita. LIFE GOES ON. Jadi kupikir rugi sekali rasanya sepertiga, seperempat,
seperlima, ataupun sepersepuluhribu hidup kita harus habis atau larut dalam
kesedihan. SO, KEEP SPIRIT N HAPPY!!! NO MATTER HOW HARD, DESPERATE, OR
SOMETHING YOU SAID “UNLUCKY” IN YOUR LIFE. Cause we deserve to be happy, and no
one can stop our happiness. ^_^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar