Jundullah, begitu kiranya gelar yang
pantas tersemat padanya. Kenapa tidak, perjuangan puluhan tahun tak kenal lelah
dengan penuh keyakinan teguh mempertahankan tanah airnya Libya dan Diin Lillahi
Ta’ala. Keteguhan itulah menjadi inti nuclear
power nya Umar Mukhtar, Sang Singa Padang Pasir sampai-sampai
lawan-lawannya dirundung putus asa untuk menaklukkannya, karena ialah komando
gerakan gerilya pejuang Libya yang mencoba mengusir sang penjajah Italia.
Berawal
dari Daulah Turki Utsmani menduduki Libya. Namun seiring keruntuhan kerajaan
tersebut karena bangkitnya kekuatan bangsa barat hingga Italia menjajah Libya
pada tahun 1330 H/1912 M. Umar Mukhtar yang kala itu adalah seorang pengajar,
mulai melakukan gerakan untuk mempertahankan negerinya agar tidak diduduki
penjajah. Di usia 53 tahun, ia memulai perjuangannya selama 20 tahun tak henti
terus melakukan perlawanan terhadap penjajah. Sementara itu, banyak
petinggi-petinggi lainnya yang berhasil dibujuk untuk berdamai dan menyetujui
keberadaan Italia disana. Kewibawaannya mengomandoi pasukan jihad, intelejensia
yang tinggi dalam strategi peperangan, dan jiwa yang tak pernah takut kepada manusia,
mengakibatkan pasukan lawan ratusan kali menuai kekalahan. Dari segi kekuatan,
baik itu jumlah pasukan ataupun persediaan senjata, pasukan jihad Libya sudah
kalah, tapi lagi-lagi keberanian luar biasa untuk perjuangan hingga tetes darah
terakhir demi agama dan bangsa menjadi kekuatan yang sulit dikalahkan.
Ketika banyak tokoh-tokoh berpengaruh
Libya berhasil dikelabui Italia dengan iming-iming harta, tahta, dan
keselamatan hidup, Umar sama sekali tak goyah. Hingga saat perundingan damai
diupayakan tentara Italia untuk mengelabui Umar, tanpa keraguan sedikitpun Umar
mengetahui maksud dibalik pertemuan itu. Adapun jawaban Umar adalah sebagai
berikut, “Sungguh aku bersedia mengadakan
pertemuan dengan delagasi Italia bukan untuk mendengarkan lelucon ini. Aku juga
tidak melawan penjajahan Italia demi mendapatkan kemewahan ini. Sesungguhnya
sikap para pejuang tidak menerima perdebatan ataupun tawar-menawar. Perjuangan
lebih dari semua itu. Perjuangan adalah masalah hak-hak sebuah bangsa secara
keseluruhan, dimana mereka mengorbankan lebih dari separuh penduduk untuk
mendapatkan kemerdekaannya. Banyak dari warganya harus kehilangan sanak saudara
dan harta benda serta mengalami pelecehan harga diri dan martabatnya. Mereka
juga terluka dengan agamanya. Pembicaraan ini haruslah tentang permasalahan
nasional kami sepenuhnya, tidak kurang sedikitpun. Jika tidak, maka aku
terpaksa mengakhiri pertemuan yang sebelumnya tidak pernah terbersit dalam
benakku akan berlangsung seperti ini.”

Sebelum dilakukan penyidangan, jenderal
Italia Rulfo Graziani ( terkenal dengan kebrutalan dan kebengisannya yang
ditunjuk saat itu untuk memimpin pasukan Italia untuk mengalahkan pejuang Libya
yang dipimpin Umar) melontarkan beberapa pertanyaan pada Umar.
Graziani : “Mengapa Anda melawan dengan
gigih tanpa mengenal lelah terhadap pemerintah Fasis?”
Syaikh Umar : “Demi agamaku dan tanah
airku.”
Graziani : “Dalam keyakinan Anda, apa
yang ingin Anda capai?”
Syaikh Umar : “Tiada suatu tujuan pun
kecuali mengusur kalian. Karena kalian perampok. Adapun perang, maka merupakan
kewajiban kami dan tiada kemenangan kecuali dari Allah.”
Graziani : “Mengapa Anda mempunyai
pengaruh dan kekuasaan? Berapa lama Anda dapat menginstruksikan para
revolusioner untuk tunduk kepada pemerintahan kami dan menyerahkan senjata
kalian?”
Syaikh Umar : “Aku tidak bisa sesuatupun
yang tidak bermanfaat. Kami adalah para pejuang revolusi. Kami telah bersumpah
untuk mati bersama satu persatu, dan tidak akan pernah menyerah atau meletakkan
senjata.”
Graziani : “Apakah Anda berperang demi
Tarekat As-Sanusiyah?”
Syaikh Umar : “Pertanyaanmu itu tidak
benar., kamu boleh berasumsi sesuka hati. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada
yang tersembunyi adri kami, bahwa kami memerangi kalian demi agamaku dan tanah
airku, dan bukan seperti asumsimu itu.”
Graziani menuliskan dicatatan
hariannya, tatkala ia melihat sosok Umar, ia bagai melihat seribu pejuang.
Ketika pembicaraan berakhir dan Umar pergi, ia melihat di dahi Umar seperti
kilauan cahaya hingga membuat jantungnya berdegub kencang karena keagungan
sikap Umar. Pengakuan Graziani terhadap sosok Umar dicatatan hariannya, “Dia
selalu berusaha menjaga keyakinannya, menghadapi semua orang yang mengahalangi
tekadnya, tidak suka dengan campur tangan, memerangi semua orang yang menjajah
negaranya, dan dia tidak pernah menerima campur tangan asing dalam masalah
nasionalisme Arabnya terutama Libya. Umar Mukhtar memiliki intelegensia yang
tinggi, cerdas, dan kepribadian luar biasa, tidak mencari materi, teguh
pendirian, fanatic terhadap agamanya, dan fakir. Dia tidak memiliki secuil pun
kemewahan dunia kecuali kecintaannya pada agama dan bangsanya.
Penyataan Umar saat menjadi tawanan
kepada Italia, “Adapun kalian, maka kalian sekarang telah menawanku dan kalian
berhak memperlakukanku sesuka hati. Hendaklah kalian ketahui bahwa aku tidak
akan pernah sedikitpun menyerah kepada kalian denga suka rela.” Dan iapun
menemui syahid di tiang gantungan dengan penuh ketenangan.
“Wahai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (Al-Fajr
: 27-28)
Dikutip dari buku : Umar
Mukhtar Singa Padang Pasir yang ditulis oleh Isham Abdul Fattah
Kesimpulanku : Tiada motivasi terbesar hingga kekuatan daya
juang mencapai titik kulminasi, melainkan ianya adalah demi Ridha Allah, Rabb
seluruh alam. In brief, berjuanglah demi Rabbmu, Agamamu, dan Tanah Airmu.