Selasa, 15 Oktober 2013

UMAR MUKHTAR : LION OF THE DESERT



Jundullah, begitu kiranya gelar yang pantas tersemat padanya. Kenapa tidak, perjuangan puluhan tahun tak kenal lelah dengan penuh keyakinan teguh mempertahankan tanah airnya Libya dan Diin Lillahi Ta’ala. Keteguhan itulah menjadi inti nuclear power nya Umar Mukhtar, Sang Singa Padang Pasir sampai-sampai lawan-lawannya dirundung putus asa untuk menaklukkannya, karena ialah komando gerakan gerilya pejuang Libya yang mencoba mengusir sang penjajah Italia.
            Berawal dari Daulah Turki Utsmani menduduki Libya. Namun seiring keruntuhan kerajaan tersebut karena bangkitnya kekuatan bangsa barat hingga Italia menjajah Libya pada tahun 1330 H/1912 M. Umar Mukhtar yang kala itu adalah seorang pengajar, mulai melakukan gerakan untuk mempertahankan negerinya agar tidak diduduki penjajah. Di usia 53 tahun, ia memulai perjuangannya selama 20 tahun tak henti terus melakukan perlawanan terhadap penjajah. Sementara itu, banyak petinggi-petinggi lainnya yang berhasil dibujuk untuk berdamai dan menyetujui keberadaan Italia disana. Kewibawaannya mengomandoi pasukan jihad, intelejensia yang tinggi dalam strategi peperangan, dan jiwa yang tak pernah takut kepada manusia, mengakibatkan pasukan lawan ratusan kali menuai kekalahan. Dari segi kekuatan, baik itu jumlah pasukan ataupun persediaan senjata, pasukan jihad Libya sudah kalah, tapi lagi-lagi keberanian luar biasa untuk perjuangan hingga tetes darah terakhir demi agama dan bangsa menjadi kekuatan yang sulit dikalahkan.
Ketika banyak tokoh-tokoh berpengaruh Libya berhasil dikelabui Italia dengan iming-iming harta, tahta, dan keselamatan hidup, Umar sama sekali tak goyah. Hingga saat perundingan damai diupayakan tentara Italia untuk mengelabui Umar, tanpa keraguan sedikitpun Umar mengetahui maksud dibalik pertemuan itu. Adapun jawaban Umar adalah sebagai berikut, “Sungguh aku bersedia mengadakan pertemuan dengan delagasi Italia bukan untuk mendengarkan lelucon ini. Aku juga tidak melawan penjajahan Italia demi mendapatkan kemewahan ini. Sesungguhnya sikap para pejuang tidak menerima perdebatan ataupun tawar-menawar. Perjuangan lebih dari semua itu. Perjuangan adalah masalah hak-hak sebuah bangsa secara keseluruhan, dimana mereka mengorbankan lebih dari separuh penduduk untuk mendapatkan kemerdekaannya. Banyak dari warganya harus kehilangan sanak saudara dan harta benda serta mengalami pelecehan harga diri dan martabatnya. Mereka juga terluka dengan agamanya. Pembicaraan ini haruslah tentang permasalahan nasional kami sepenuhnya, tidak kurang sedikitpun. Jika tidak, maka aku terpaksa mengakhiri pertemuan yang sebelumnya tidak pernah terbersit dalam benakku akan berlangsung seperti ini.”
Hingga pada akhirnya Umar tertangkap saat sejumlah ribuan tentara Italia mengepung hingga banyak pasukannya syahid, namun keteguhannya tak membuatnya mundur melainkan terus mengayunkan pedang sekuat tenaga hingga tangannya terluka dan kudanya mati tertembak dan menghimpit tangannya yang lain dan ditawan Italia. Siapa menyangka sosok Umar yang begitu mereka takuti selama ini adalah kakek berusia 73 tahun, hingga tak satupun tentara Italia tersebut mengetahui tawanan mereka ini tak lain adalah Umar, hingga dihadirkanlah seorang pengkhianat Libya yang memberi kesaksian bahwa dialah Umar Mukhtar.
Sebelum dilakukan penyidangan, jenderal Italia Rulfo Graziani ( terkenal dengan kebrutalan dan kebengisannya yang ditunjuk saat itu untuk memimpin pasukan Italia untuk mengalahkan pejuang Libya yang dipimpin Umar) melontarkan beberapa pertanyaan pada Umar.
Graziani : “Mengapa Anda melawan dengan gigih tanpa mengenal lelah terhadap pemerintah Fasis?”
Syaikh Umar : “Demi agamaku dan tanah airku.”
Graziani : “Dalam keyakinan Anda, apa yang ingin Anda capai?”
Syaikh Umar : “Tiada suatu tujuan pun kecuali mengusur kalian. Karena kalian perampok. Adapun perang, maka merupakan kewajiban kami dan tiada kemenangan kecuali dari Allah.”
Graziani : “Mengapa Anda mempunyai pengaruh dan kekuasaan? Berapa lama Anda dapat menginstruksikan para revolusioner untuk tunduk kepada pemerintahan kami dan menyerahkan senjata kalian?”
Syaikh Umar : “Aku tidak bisa sesuatupun yang tidak bermanfaat. Kami adalah para pejuang revolusi. Kami telah bersumpah untuk mati bersama satu persatu, dan tidak akan pernah menyerah atau meletakkan senjata.”
Graziani : “Apakah Anda berperang demi Tarekat As-Sanusiyah?”
Syaikh Umar : “Pertanyaanmu itu tidak benar., kamu boleh berasumsi sesuka hati. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada yang tersembunyi adri kami, bahwa kami memerangi kalian demi agamaku dan tanah airku, dan bukan seperti asumsimu itu.”
Graziani menuliskan dicatatan hariannya, tatkala ia melihat sosok Umar, ia bagai melihat seribu pejuang. Ketika pembicaraan berakhir dan Umar pergi, ia melihat di dahi Umar seperti kilauan cahaya hingga membuat jantungnya berdegub kencang karena keagungan sikap Umar. Pengakuan Graziani terhadap sosok Umar dicatatan hariannya, “Dia selalu berusaha menjaga keyakinannya, menghadapi semua orang yang mengahalangi tekadnya, tidak suka dengan campur tangan, memerangi semua orang yang menjajah negaranya, dan dia tidak pernah menerima campur tangan asing dalam masalah nasionalisme Arabnya terutama Libya. Umar Mukhtar memiliki intelegensia yang tinggi, cerdas, dan kepribadian luar biasa, tidak mencari materi, teguh pendirian, fanatic terhadap agamanya, dan fakir. Dia tidak memiliki secuil pun kemewahan dunia kecuali kecintaannya pada agama dan bangsanya.
Penyataan Umar saat menjadi tawanan kepada Italia, “Adapun kalian, maka kalian sekarang telah menawanku dan kalian berhak memperlakukanku sesuka hati. Hendaklah kalian ketahui bahwa aku tidak akan pernah sedikitpun menyerah kepada kalian denga suka rela.” Dan iapun menemui syahid di tiang gantungan dengan penuh ketenangan.
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (Al-Fajr : 27-28)
Dikutip dari buku : Umar Mukhtar Singa Padang Pasir yang ditulis oleh Isham Abdul Fattah

Kesimpulanku : Tiada motivasi terbesar hingga kekuatan daya juang mencapai titik kulminasi, melainkan ianya adalah demi Ridha Allah, Rabb seluruh alam. In brief, berjuanglah demi Rabbmu, Agamamu, dan Tanah Airmu.

Penggalan Hadits Rasulullah



Kaum Anshar yang kala itu bertanya-tanya mengapa pembagian harta rampasan perang Hunain malah diberikan kepada kaum mualaaf Makkah.  Padahal merekalah yang pertama lari terbirit meninggalkan medan perang karena takut akan kekalahan, namun sebaliknya kaum Anshar-lah yang berani terus maju mengalahkan musuh pada perang Hunain. Maka diutuslah Sa’ad bin Ubadah menanyakan hal tersebut pada Rasulullah.
Mengetahui hal ini Rasulullah pun berbicara dihadapan kumpulan kaum Anshar itu seraya mengatakan, “Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat lalu Allah memberi  petunjuk  kepada kalian melalui diriku? Bukankah kalian dulu miskin lalu Allah membuat kalian kaya, bukankah dulu kalian bercerai-berai lalu Allah menyatukan kalian?”
Mereka menjawa, “Begitulah. Allah dan RasulNya lebih murah hati dan lebih banyak karunianya.”
Apakah kaliah tidak menjawabku, wahai orang-orang Anshar?” Tanya beliau.
Mereka ganti bertanya, “Dengan apa kami menjawabmu Ya Rasulullah ? milik Allah dan rasulNya lah anugerah dan karunia.”
Beliau bersabda, “Demi Allah, kalau kalian menghendaki, dan kalian adalah benar lagi dibenarkan, maka kalian bisa mengatakan kepaku, Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, lalu kami membenarkanmu. Engkau datang dalam keadaan lemah lalu kami menguatkanmu. Engkau datang dalam keadaan terusir lagi papa lalu kami memberikan tempat dan menampungmu!”
Sampai disini air mata sudah mulai berlinang, pelupuk mereka terasa panas, dan isak mulai tersedan.
“Apakah didalam hati kalian masih membersit hasrat terhadap sampah dunia, yang dengan sampah itu aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam, sedangkan keislaman kalian tak mungkin kuragukan? Wahai semua orang Anshar, apakah tidak berkenan di hati kalian jika orang-orang pulang bersama domba dan unta, sedang kalian kembali bersama Allah dan RasulNya ke tempat tinggal kalian?”
Isak semakin keras, janggut-janggut sudah basah oleh air mata.
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamanNya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang-orang Anshar. Jika manusia menempuh suatu jalan di celah gunung, dan orang-orang Anshar memilih celah gunung yang lain, tentulah aku pilih celah yang dilalui orang-orang Anshar. Ya Allah, sayangilah orang-orang Anshar, anak orang-orang Anshar, dan cucu orang-orang Anshar,” Rasulullah menutup penjelasannya dengan doa yang begitu menentramkan.
“Kami ridha kepada Allah dan RasulNya dalam pembagian ini…, kami ridha Allah dan RasulNya menjadi pembagian kami..”
(kukutip dari buku karya Salim A. Fillah : Dalam Dekapan Ukhuwah.122-124.)
Aku iri, irii sekali, selama perjalanan hidup ini, sudahkah Allah dan Rasulnya jadi tujuanku? Sudah cukupkah  Allah dan RasulNya untukku? Catatan tanya si hamba penuh dosa. 

“Saga No Gabai Bachan / Nenek Hebat Dari Saga”




Buku ini menceritakan kembali kisah hidup penulis tentang neneknya yang mempunyai semangat hidup luar biasa. Menganggap  semua yang ia dapatkan dalam kehidupannya adalah anugerah yang patut disyukuri, tidak patut untuk disesali. Bahwa kebahagiaan itu tidak  melulu harus tercermin dari hidup berkecukupan,  senang,  melainkan ditengah kekurangan, keterbatasan, kesulitan juga memunculkan kebahagiaan.
“Lobak yang berujung dua sekalipun, kalau dipotong-potong dan direbus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun bila diiris-iris dan dibumbui garam, tetap saja timun.”
“Selain itu karena bukan miskin, kita tak perlu cemas. Tetaplah percaya diri. Keluarga kita memang turun temurun miskin.”
“Kebaikan sejati dan tulus adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan.”
Tiga kutipan dari sekian banyak kutipan yang banyak sekali  kuambil pelajaran dari kehidupan nenek Osano. Betapa ruginya diri ini  yang masih serba berkecukupan, bisa makan sampai kenyang, tidur dengan nyaman, dan kebutuhan lainnya terpenuhi begitu saja, namun masih merasa kekurangan, merasa masih ada yang tidak cukup, masih merasa susah, seakan-akan hidupku inilah yang paling menderita.
Allahu Akbar, Rabb, betapa diri ini masih kurang bersyukur atas nikmat-nikmat yang tiada henti Kau berikan. Jadikan aku hambamu yang senantiasa bersyukur, jauhi hamba dari sikap kufur pada-Mu Rabb.
Hidup terus berlanjut, waktu terus berlalu, tiada peduli senang susah sulit mudah bahagia ataupun menderita. LIFE GOES ON. Jadi kupikir rugi sekali rasanya sepertiga, seperempat, seperlima, ataupun sepersepuluhribu hidup kita harus habis atau larut dalam kesedihan. SO, KEEP SPIRIT N HAPPY!!! NO MATTER HOW HARD, DESPERATE, OR SOMETHING YOU SAID “UNLUCKY” IN YOUR LIFE. Cause we deserve to be happy, and no one can stop our happiness. ^_^

Kamis, 05 September 2013

I'AM FREE...


Memaknai sebuah kebebasan bagiku sangat indah. Ternyata kalau dipikir-pikir kebebasan itu sangat mengagumkan. Sebuah hasrat yang ingin membawa dirinya bebas. Bebas dari belenggu-belenggu yang menutupi hati, bebas untuk memberi kebaikan, bebas untuk bisa memahami orang lain, bebas berbaik sangka, bebas memberikan maaf, bebas memberikan manfaat untuk sesama, bebas dari keragu-raguan, bebas dari rasa ingin dipuji, bebaaaas...sebebas-bebasnya trus memperbaiki diri menjadi lebih baik, bebas untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan diri, dan yang paling hakiki, bebas untuk beribadah kepada Sang Pemilik Kebebasan, untuk terus menerus bersyukur pada-Nya yang telah memberikan kebebasan ini. Karena manusia itu memang diciptakan dalam keadaan baik dan suci. Tetapi belenggu-belenggu kebebasan tercipta karena adanya riya, dengki, iri, nafsu yang tak terkendali, sifat sombong dan segala semak belukar pembelenggu hati.
Seperti itulah sosok baginda Rasulullah SAW, yang telah berhasil menguak kebebasan dirinya menjadi manusia paling perkasa karena telah berhasil membawa dirinya serta banyak umat manusia menuju jalan yang hakiki, melepaskan segala belenggu yang hati dikala masa kejahiliyyahan saat itu...
Yyupp... i'm ready to do it.... i'm free...keep in my faith.. ^_^ (ALLAHU AKBAR)

SATU - DUA PATAH KATA


Hmmm…. Let’s start to the point…he…he…
Cukup lama sudah gak nulis… but, hopely..i’m just like my self before….. sekelebat ide untuk segera mencurahkannya ke dalam sebuah prasasti…agar ia terikat dalam kenangan yang abadi, memberi sepenggal hikmah untuk semua yang membaca.. untuk juga ikut menyelami kehidupanku yang sungguh luar biasa ini. Karena hidup ini tak sia-sia belaka, tidak kosong, hingga setiap zarrah pun jangan sampai terlewatkan.. karena kau akan sangat rugi.. karena sang pencipta sudah menjanjikannya. Puluhan tahun sudah kulewati hidup ini, bersama keluarga, kerabat, sahabat, teman, lingkungan yang semuanya punya arti yang luar biasa dalam sebuah kehidupan manusia. Sebuah pencapaian diri untuk mengetahui artinya hidup di dunia ini. Insan kelana di tengah asingnya, mencari siapa dirinya, mengapa ia harus ada, untuk apa dia ada, siapa yang sudah menciptakannya?? Kepada siapa dia ada.
Tidak akan cukup bagi setiap sel-sel otak ini untuk mencerna mencari semua jawabannya. Tapi yakinlah, saat kau menyadari sebagian kecilnya, sungguh kau akan tertunduk, bersujud. Karena semuanya tidaklah datang tiba-tiba, tapi ini rencana. Sebuah scenario brilian yang diperuntukkan bagi setiap jiwa di segenap alam semesta ini. Dan scenario dahsyat ini dibuat sang Maha Perkasa, yang telah menciptakan semuanya.


Rabu, 21 Desember 2011

Untuk ibu no.1 sedunia....



Untuk ibu, kasihmu selalu kunanti. Untuk ibu yang senyummu selalu kurindu, untuk ibu nomor satu di dunia. Semoga rahmat Allah senantiasa menaungimu, semoga ridha-Nya tak henti menyertaimu.
Untuk ibu, cintamu yang sepanjang masa. Tiada batas dan tiada kira, mencintai anak-anaknya dan keluarganya. Ibu, engkau merawatku mulai dari dalam kandungan menahan derita demi menanti buah hati yang amat kau ingini, menjalani hari penantian yang penuh perjuanngan 9 bulan lamanya. Perhatianmu tak pernah lepas padaku, penuh harap, penuh doa agar anakmu kelak lahir dengan selamat. Lalu engkau merawat dan membesarkan anakmu melewati hari-hari penuh lelah, demi memenuhi kebutuhannya. Perjuangan yang takkan pernah berhenti hingga anaknya kelak menjadi manusia yang berguna. Mendidik anakmu yang kian melewati setiap fase kehidupan yang semakin menempa kesabaranmu. Membuang segala keluh, mempertaruhkan hudupmu demi kami anakmu. Tapi, ibunda tiada sedikitpun raut lelah yang kau perlihatkan, melainkan seulas senyum tulus yang begitu menyilaiukan bagiku. Senyum yang tidak akan pernah kudapat dari yang lainnya, senyum yang memekarkan kelopak cintamu, memekarkan bunga abadi yang tak pernah kuncup sepanjang masa. Tak salah karenanya Rasulullah begitu menghormati seorang ibu yang disebut-sebutnya hingga tiga kali “Ibu....ibu...ibu”. Begitu tingginya kehormatan tarhadapmu ibu.   
Ibu, surat ini ananda sampaikan untuk salam kecintaan ananda pada ibunda, kecintaan yang mungkin tak seberapa dibandingkan dengan kecintaanmu terhadap kami, ibunda. Kecintaan yang tidak mungkin bisa membalas kasih sayangmu ibunda. tapi inilah yang ingin ananda sampaikan pada ibunda, terima kasih yang tiada tara karena telah melahirkan ananda, salam kecintaan pada ibunda karena telah merawat dan membesarkan ananda, salam kerinduan yang teramat sangat pada ibunda saat ananda tidak dengan ibunda, salam penuh hormat pada ibunda yang telah mendidik dan mengajari ananda menyelami kehidupan, salam maaf yang teramat pada ibunda karena tidak bisa membalasi semua jasamu padaku, salam maaf karena tidak menghargai jerih payahmu, salam maaf karena melukai hatimu ibunda. Terimalah salam cinta, salam rindu ini ibu. Semoga Allah membalasi jasamu dengan jannah-Nya. Terima kasih ibu, terima kasih ibu.
“Selamat hari Ibu”.

Rabu, 24 November 2010

Bismillah

I am a Muslim, the things I say
In everything I do everyday
We are Muslims, the things we say
In everything we do everyday
Oooh, Bismillah,
Oooh, Alhamdullillah (x2)
I am a Muslim and this I know
I need to eat so that I will grow
We are Muslims and this we know
We need to eat so that we will grow
http://www.free-lyrics.org
When we eat we say Bismillah
When we’re full, we say Alhamdullillah (x2)
Water, juice and milk, these I think
Are so delicious for me to drink
Water, juice and milk, these we think
Are so delicious for us to drink
When we drink we say, Bismillah
When we’re done we say Alhamdullillah (x2)
Going out with my mum and dad
Coming home, oh what fun we had
Going out with our mum and dad
Coming home, oh what fun we had
Driving in the car, Bismillah
Coming safely home, Alhamdullillah (x2)
I go to sleep saying Allah’s name
And in the morning I do the same
We go to sleep saying Allah’s name
And in the morning we do the same
When we sleep we say Bismillah
When we rise we say Alhamdullillah (x2)